SELAMAT DATANG DI WEBSITE TABLOID MAHKOTA, SEMOGA KEHADIRAN KAMI DALAM BENTUK CETAK DAN ONLINE MENJADI BACAAN ALTERNATIF MENDAMPINGI PENDAHULU KAMI DAN SEMOGA PEMBERITAAN KAMI DAPAT DIJADIKAN SEBUAH SUMBER REFERENSI.Dibutuhkan wartawan di berbagai daerah. Minat hub : Redaksi Tabloid Mahkota
WASPADA ADANYA OKNUM MENGAKU DARI TABLOID MAHKOTA.HUBUNGI KAMI JIKA ADA OKNUM MENGAKU DARI TABLOID MAHKOTA TERKAIT DENGAN PERMINTAAN PEMASANGAN IKLAN ATAU PROFILE. MELALUI SMS KE NO 08133499499 / 085853669966 ATAU MELALUI BB KE PIN : 21E71294

Sabtu, 14 September 2013

Kemenangan Untuk Mereka Yang Beriman

. Sabtu, 14 September 2013

Idul Fitri merupakan kemenangan. Tapi bukan kemenangan setiap muslim, melainkan kemenangan untuk muslim yang sungguh-sungguh menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Kemenangan di sini tidak sepatutnya diartikan sebagai pembebasan. Bebas kembali menebar hawa nafsu, bebas makan minum setiap saat, bebas menggunakan harta yang dimiliki. Bukan itu arti dibalik kemenangan.
    Karena sesungguhnya kemenangan bukanlah kebebasan. Kemenangan adalah pembebasan diri dari tunduknya hati selain kepada Allah. Idul Fitri merupakan kemenangan yang harus di isi dengan segenap cara yang suci, agar kemenangan tersebut tidak kandus ditenga jalan.
    Menjelang Idul Fitri tiba, umat musli selalu dihadapkan dengan tradisi tahunan, yaitu Mudik Lebaran. Tradisi mudik lebaran biasanya ditandai dengan fenomena “pulang kampong”. Utamanya, bagi mereka yang hidup diperantauan dengan meninggalkan tempat kerja, usaha, rumah, atau kantor untuk berbagi kebahagiaan bersama sanak family menuju kampong halaman.
    Mudik Lebaran juga merupakan momentum untuk dapat silahturahmi dengan keluarga dan masyarakat setelah sekian lama tidak bertemu. Sebuah tujuan yang sangat mulia dan memiliki nilai ukhuwah yang sangat tinggi.
    Tradisi mudik dijadikan sebagai wahana klangenan atau “jembatan nostalgia” dengan masa lalu. Pemudik yang berasal dari desa, diajak bercengkrama  dengan romantisme alam pedesaan, yang di dalam konsep antropologi dikenal dengan sebutan close corporate community.
    Pemudik merindukan nilai-nilai kebersamaan alamiah yang jarang lagi mereka temui di kota, karena ketatnya persaingan memburu “status”. Disinilah ada benang merah yang dapat ditarik, mengapa keinginan pemudik untuk mengenang “ sejarah” dirinya barang sejenak selalu dilakukan beriringan dengan perayaan Idul Fitri.
    Tapi bagi kita yang penting adalah Idul Fitri bearti “kembali ke kampong halaman rohani.” Dengan demikian, yang harus mudik itu sesungguhnya bukan dalam arti biologis. Coba kita lihat akhir-akhir ini mudik lebaran bukan main luar biasa, sampai “merepotkan” semua pihak. Padahal yang urgen adalah melakukan “mudik spiritual atau mudik rohani.”
    Substansi dari Idulm Fitri adalah “pulang ke kampung halaman rohaninya.”Artinya kembali ke hati nurani. Ini yang sangat penting kita garis bawahi.
    Selain itu, momentum Idul Fitri harus menjadi langkah awal kita dalam mengimplementasikan segala latihan dari ibadah-ibadah yang telah dilakukan selam Ramadhan. Langkah awal ini harus dimanfaatkan sebagai ujung tombak kehidupan yang lebih baik, dimana pencerahan hati, kekuatan iman yang telah dikumpulkan selama ramadhan membuahkan keistiqomahan di jalan Allah pada hari-hari berikutnya.
    Dengan ketulusan hati kami Keluarga Besar Tabloid MAHKOTA baik di Redaksi maupun wartawan di berbagai daerah hanya bisa menyampaikan kata : Taqabbalallahumina wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum” (Semoga Alloh menerima amalan puasa saya dan kamu), Ja’alanallaahu Minal Aidin wal Faizin, Kullu aam wa antum bikhair. Selamat Idul Fitri 1434 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin…

0 komentar:

Posting Komentar

BERITA YANG BANYAK DIBACA

  © TABLOID MAHKOTA ..Redaksi ..Dan Jl. Kedondong 174 Blitar Jawa Timur

Ke : HALAMAN UTAMA